ini tulisan yg sebenerya sedikit 'dipaksa'..yah you know lah tuntutan profesi..hhe. tapi di samping itu seneng juga sih akhirnya bisa nyelesaiin. dan for your information..ini tulisan pertama gue yg dipublish ke media berita online atau apalah namanya. Bangga lah pasti :')
awalnya tulisan ini mau dibikin cuma semacem artikel, eh tapi kemudian setelah dapet inspirasi dari buku pinjeman temen yg berjudul Trio Bebek (thx banget lah buat yg minjemin. the best! :D ), jadi pengen ngubah ke bentuk cerpen yg ada dialognya. lebih seru kayaknya, ringan tapi tetep bermakna.
daaaan jadilah iniiii! taraaaa :D
awalnya tulisan ini mau dibikin cuma semacem artikel, eh tapi kemudian setelah dapet inspirasi dari buku pinjeman temen yg berjudul Trio Bebek (thx banget lah buat yg minjemin. the best! :D ), jadi pengen ngubah ke bentuk cerpen yg ada dialognya. lebih seru kayaknya, ringan tapi tetep bermakna.
daaaan jadilah iniiii! taraaaa :D
tulisan ini sebelumnya udah dipublish di http://www.fimadani.com/bola-hobi-dan-prioritas-hidup/
“ah parah lah tim gue semalem
kalah” sentak Rocky.
“haha lagian sih tim lo kelewat
sombong duluan” cibir Nemo.
“yah gimanapun udah keren lah itu
tim, bisa kalah tipis dalam kondisi yang nggak menguntungkan” kata Alim
menenangkan.
Ya begitulah obrolan sesaat sebelum
masuk kelas. Si Rocky yang ngerock abis meskipun rambutnya klimis tidak terima
tim kesayangannya kalah. Kemudian ditimpali oleh si Nemo yang nggak asli jowo berambut kribo, teman sekelas
Rocky. Lalu Alim yang lumayan kalem tapi
serem mencoba menenangkan. Dan
percakapan singkat itu terhenti karena bel masuk berbunyi. Perjalanan pulang
dari sekolah, percakapan yang sempat terhenti itupun kembali berlanjut. Rocky,
Nemo, dan Alim memang teman dekat atau lebih tepatnya rumah mereka yang berdekatan.
Itulah alasannya mereka bisa menjadi sahabat padahal karakter mereka sangat
berlainan. Sepanjang perjalanan ada saja yang mereka bicarakan, termasuk
tentang pertandingan bola semalem. Rocky dan Nemo sibuk mem-flash back sedangkan Alim lebih memilih
untuk diam, cari aman. hehe.
"eh gue masih nggak terima
pokoknya sama tuh wasit, pengen gue jadiin pecel!" teriak Rocky sebal.
"alah emang dari awal lo aja yang
songong duluan, berasa di atas angin, kena balesannya kan, hahaha" balas
Nemo puas.
"ah nggak asik lo Mo!"
Rocky berbelok ke arah rumahnya tanpa basa-basi, apalagi salam.
"nah bener kan, udah gue duga
pasti jadi kayak gini" batin Alim
"apa-apaan tu begitu aja
ngambek, cupu!" umpat Nemo.
"udah udah, elo juga si
kebangetan. Minta maaf gih sono" kata Alim.
"idih ogah lah yau"
teriak Nemo sambil berlari meninggalkan Alim sendiri.
Awalnya Alim mengira kejadian ini
tidak terlalu serius, tapi nyatanya Rocky dan Nemo sudah hampir tiga hari tidak
bertegur sapa walaupun mereka tetap berjalan beriringan ketika pulang. Hal ini
menjadi beban tersendiri bagi Alim, karena mau tidak mau ia yang harus
mendamaikan keduanya. Tapi kok aneh ya, kan mereka yang bikin masalah kenapa
orang lain yang ikut pusing, bola oh bola.
Ya sepak bola. Sepak bola itu
olahraga yang memiliki banyak cerita dan banyak bagian untuk dibahas. Hal yang
pertama kali terlintas ketika mendengar kata sepak bola pasti nggak jauh-jauh
dari club-club besar, para pemainnya, jadwal pertandingannya, dan masih banyak
lagi. Sepak bola juga sangat mudah menjadi bahan tulisan yang menarik pembaca
bahkan bagi orang yang nggak ngerti tentang sepak bola (gue banget). Selain
menarik dan bisa sebagai alat pemersatu, sepak bola juga bisa banget menjadi
bahan pemecah belah, bahkan bisa jadi masalah serius ketika penggemar fanatik
nggak bisa bersikap bijak. Dan konflik-konflik kayak gitu udah nggak asing lah
bagi kita, contoh sederhana ya seperti yang terjadi pada Rocky dan Nemo gitu.
“Eh Rock, Mo, gue nemu artikel
bagus nih. Baca deh, ntar lo komentarin ya” Alim mencoba memecah keheningan
dengan memperlihatkan sebuah artikel di majalah.
Awalnya mereka acuh tak acuh dengan
perkataan Alim, tapi setelah melihat judul artikel yang dibawa Alim, mereka
mulai beringsut mendekat. Pemain bola Palestina penghafal Al Qur’an.
“Wah apa nih? Bagus kayaknya,
pinjem dong!” seru Rocky antusias.
“Ah nggak bisa! Gue dulu!” Nemo
mencoba menarik majalah dari tangan Alim.
“Eh stop stop! Udah deh gini aja,
kayaknya lo berdua tertarik ya? Untuk menciptakan keadilan dan menjaga agar keadaan
aman terkendali, gimana kalau gue ceritain aja?” ucap Alim menengahi.
“Hmm, boleh deh” jawab Nemo
disertai anggukan dari Rocky.
“Ya udah kita sambil duduk aja ya
ceritanya, yuk ke sana!” ajak Alim sambil mengajak kedua kawannya itu ke bangku
taman komplek.
Setelah ambil posisi dan semuanya
siap, Alim pun mulai bercerita.
“Jadi gini, kita sedikit tau lah ya
tentang kondisi saudara kita di Palestina. Mereka dalam konflik yang
berkepanjangan, bom siap setiap saat meghancurkan pemukiman mereka, yah kondisi
yang begitu deh. Tapi kenyataannya mereka nggak takut, mereka terus semangat
mempertahankan negeri tercinta, semangat itu nggak pernah padam, dan kalian tau
nggak gimana caranya mereka tetap semangat dalam keadaan yang kayak gitu?”
tanya Alim.
“Gue tau! Pas itu gue sempet ikut
kajian, yah walaupun sedikit lo paksa kan Lim, hehe” sahut Rocky.
“Jadi mereka di sana itu deket
banget sama Al Qur’an, dari kecil anak-anak Palestina udah dibiasain buat
belajar memahami Al Qur’an. Kalau udah paham otomatis juga udah apal, nah
dengan begitu mereka pasti udah tau lah apa isi Al Qur’an itu, tau kalau mati
syahid itu mulia. Itu yang bikin mereka terus semangat. Bener kan?” kata Rocky
bangga.
“Iya bener, intinya memang begitu. Ah nggak nyesel
gue maksa lo ikut kajian, haha” kata Alim sambil menyenggol lengan Rocky.
“Nah mereka udah sangat sibuk ya
kedengarannya, menjaga wilayah mereka, sambil mempelajari Al Qur’an juga, tapi ditulis
di artikel ini kalau ternyata mereka juga menyempatkan untuk berolahraga dan
sepak bola salah satunya. Bahkan ada yang jadi pemain bola profesional
sekaligus penghafal Al Qur’an, namanya Ahmad Kaskas. Terus ada juga aktivis
masjid, penghafal, yang juga pernah main di Barcelona, keren nggak sih? Jadi,
ya ini bukti kalau sepak bola nggak harus mengabaikan ibadah, ataupun sampai
memutus tali silaturrahim. Tapi gimana dengan kita sekarang? Sibuk menghabiskan
waktu dengan hal-hal yang kurang jelas manfaatnya. Apa kita mau tetap
mengorbankan waktu, tenaga, uang, bahkan sahabat hanya untuk mendukung tim
kesayangan kita? Alasan apa sih yang sebanding dengan yang kita korbankan?
Terus di artikel ini juga digambarin ilustrasi pemuda Islam yang tau seluk
beluk pemain bola profesional tapi pengetahuan tentang Rasululloh shalallahu
‘alaihi wa sallam sangat minim. Padahal siapa sih yang lebih pantes diidolakan?
Udah nggak perlu dijawab, kita tau semua pasti jawabannya. Intinya sih gue
nggak masalah kalau kalian suka sama bola atau apapun itu, asalkan nggak
berlebihan dan bener-bener bermanfaat. Hal yang paling penting jangan sampai
gara-gara bola, kalian sampai ninggalin sholat. Musuhan sama temen juga nggak
baik tuh.” sindir Alim.
Kedua kawannya itu cuma bisa
terdiam menunduk. Ada benarnya juga apa yang Alim ceritakan. Terkadang manusia
lupa diri dan tidak peduli mana yang sebenarnya lebih prioritas, kesenangan
sesaat ataukah melaksanakan kewajiban.
Matahari senja sudah mulai
bersembunyi di balik gelap. Sayup adzan terdengar dari kejauhan. Tiga serangkai
anak Adam berjalan bersama menuju masjid komplek. Senyum persahabatan terlukis
di wajah ketiganya. (Ummi_azraqu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar