Sabtu, 10 Oktober 2015

Cerpan : Induksi Kopi, Merangkai Hati [Bagian 5]

"Ram, lihat itu." tunjuk Ayra pada sebuah bangku taman.

"Itu singgasana aku." ucap wanita itu disertai senyum simpul.

"Tapi sejak dua bulan yang lalu, aku sudah jarang sekali ke sana." lanjutnya dengan nada suara yang mendadak berubah.

"Aku tidak bisa lagi ke sana tepatnya. Aku tidak bisa lagi.." matanya mulai berkaca-kaca, sejurus kemudian setitik air mata mengalir jatuh.

"Kenapa kamu harus masuk ke dalam hidupku Ram? Kenapa kamu harus merusak ritme dunia yang sudah aku tata selama ini? Kenapa..." ucapannya terhenti oleh genggaman erat laki-laki di sebelahnya itu.

"Aku cuma mau bikin kamu bahagia, Ra" ucap laki-laki itu masih menggenggam jemari wanita tercintanya itu, sesekali ia usap cincin hitam yang melingkar di jari manisnya.






Percakapan itu terjadi enam tahun yang lalu kalau aku tak salah ingat.
Aku tak pernah peduli waktu pastinya, buatku yang terpenting adalah momen.
Momen saat semuanya tidak pernah bisa terjadi dua kali.
Suatu kejadian mungkin bisa terulang, tapi tidak dengan momen.

Saat itu, sebulan setelah pernikahan kita. Kita kembali ke tempat kita sama-sama bekerja. Ke tempat kita dipertemukan. Namun kali ini bukan itu intinya, aku mau mengingat momen dimana aku bahagia dengan duniaku. Jadi aku ajak kau mengunjungi taman kerajaanku. Sebenarnya itu taman biasa yang diletakkan oleh pemilik perusahaan ini dengan tujuan mulia agar pegawai-pegawainya bisa sejenak melepaskan penat dan kemudian kembali ke ruang kerja dengan semangat baru. Namun apa daya, setiap pagi taman ini hanya menjadi saksi bisu dari hilir mudik pegawai yang melewatinya begitu saja.

Aku, menikmati tiap pagiku di bangku itu.
Menikmati setiap hembusan angin yang perlahan menyapaku.
Menikmati kepakan sayap kupu-kupu yang berlalu begitu saja.
Menikmati hijaunya rerumputan yang tidak pernah boleh aku tapaki.
Menikmati kesendirian yang menjadi alasanku tersenyum,  sementara.
Aku menyebutnya singgasanaku.
Bangku taman dari kayu yang dijajarkan dan dipaku menjadi satu.
Berada di bawah kanopi yang tiangnya dililiti tumbuhan merambat.
Ah tumbuhan itu sudah hampir menutupi atap kanopi.
Sudah lumayan lama aku tak memperhatikannya ternyata.
Terakhir kali aku melihatnya baru sampai setengah bangunan.

Waktu itu cepat sekali berlalu.
Dan tiba-tiba saja ada dirimu..



bersambung..





=======================================





Hihi, gimana?
Bapernya makin menjadi?
Gue cuma bisa bilang, sukur!
Hahaha~

Gue kehilangan fokus sebenernya buat nulis paragraf terakhir itu. Gue nggak tau kapan harus berhenti. Jadi ketika adzan isya berkumandang, gue putuskan dimanapun kata terakhir tulisan itu, gue akan berhenti.
But it's not that bad ending of this chapter kan? Gue kira bakal tiba-tiba keputus di bagian apa gitu, tapi ternyata bisa pas. Bagus lah.

Dan bagaimana?
Haruskah gue lanjutkan?
Gue sih nggak berpikir untuk berhenti ya, soalnya, ini baru akan dimulai, hahaha!
Gue antagonis banget ketawanya, haha.

Ya ya ya..
Secepat mungkin gue lanjutkan cerita si Ayra dan Rama ini.
Mereka dua tokoh yang paling gue suka, dari sekian tokoh yang pernah gue tulis, even gue publish or not.
Jadi gue rasa, nggak semudah itu mematikan mereka begitu saja.

Hey, and you!
Keep supporting me ya.
Gue nggak bermakna apa-apa tanpa kehadiran kalian, para fans sejati tuan putri.

Hahaha maap yaa, gue masih songong ternyata.
Dan gue masih, the princ!
Then welcome to my castle!

^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar