Senin, 03 Juli 2017

Cerpan : Induksi Kopi, Merangkai Hati [Bagian 6]

Buku catatan biru navy.
3 Juli 2016
08.45
- Nemenin suami sarapan, nyiapin teh gula batu kesukaan (centang)
- Gendong adek yang kebangun (centang)
- Cium tangan plus hug suami sebelum berangkat ngantor (centang)
- Duduk istirahat sambil surfing (centang)
- Sarapan, laper banget (centang)
- Nyusuin kakak adek bentar (centang)
- Nemenin kakak sambil nunggu adek dijemur neneknya (centang)
- Balurin minyak telon ke kakak adek yang udah dimandiin neneknya (centang)
- Makein baju sama popok kakak adek (centang)
- Nyusuin kakak adek (centang)
- Mandi, setelah kakak adek anteng di boks bayinya (centang)
- Baca tulisan lama di blog (centang)
- Nulis..ya yang ku lakukan saat ini (still on going)


Fyuh!
Baru beberapa jam setelah aku membuka mata, sudah banyak sekali pekerjaan yang aku lakukan.
Ah ralat.
Bukan beberapa jam setelah membuka mata, nyatanya aku baru beberapa menit mulai terbang ke dunia mimpi lalu kemudian terbangun oleh tepukan halus Rama di lenganku.


"Yang, kakak haus deh kayaknya." lapornya padaku setelah berhasil membangunkan istrinya ini, melewati beberapa kali tepukan.


Rasanya campur aduk. Aku lelah, mengantuk luar biasa, tapi aku tidak bisa tidur, tidak bisa marah, tidak boleh tepatnya.


saksi bisu kami menghadapi malam malam panjang

Kakak adek, cahaya hati kami. Sangat tidak mungkin aku marah hanya karena egoku yang ingin istirahat. Sedang mereka, bayi merah yang tak punya siapa siapa selain aku dan Rama, sangat membutuhkan kami, membutuhkan ku. Dan akhirnya aku menguatkan diri, dalam arti denotasi, sebenarnya. Karena bayangkan saja, baru dua minggu pasca operasi itu, aku sudah harus memaksa diri berakrobat demi cahaya hati kami. Tidak apa apa, lagi lagi demi mereka kan. Yang kami rindukan kehadirannya.


"Iya yang, sebentar, perut aku agak nyeri." jawabku sambil menyiapkan kuda kuda untuk bangkit dari tempatku tidur.


Ah iya, apakah aku belum menceritakan padamu tentang kemana saja aku setahun belakangan ini?
Terakhir aku bercerita tentang singgasanaku ya?
Singgasana itu kini benar benar tak bisa ku jangkau lagi.
Namun aku tak apa.
Aku bahagia.
Karena laki laki penelisik sejarah itu, dan karena dua cahaya hati kami.
Aku sempurna.

Lalu tentang setahun ini?
Nanti ya insyaAlloh ku ceritakan.
Saat ini aku sedang sangat rindu pada laki lakiku. Hari pertama ia kembali bekerja, menyisakan ku di sini, di istana kecil kami, meski tempat terbaik untukku. Namun hasratku bercerita harus mengalah dengan hasratku menenangkan diri, ah tidak, cahaya cahaya hati kami pasti sebentar lagi akan meramaikan ketenangan yang dibuat buat ini. Jadi aku harus bersiap.
Namun tunggulah ceritaku selanjutnya yaa. Kau tak akan menyesal.

10.03

- Nulis (centang)



===========================================


hai..
gue rindu.
rindu dengan adrenalin yang meluap luap saat nulis.
rindu dengan ekspresimu membaca cerita yang gue sendiri bingung.
rindu dengan kepuasan karena berhasil kembali menyapamu.
yah walaupun begitu, yang paling gue rindukan ya laki laki gue.
semangat menapaki hari di Jakarta ya, kalau malam tiba saatnya giliranku memelukmu..maka jangan berlama lama dengan kota yang sepanjang siang menculikmu dariku.

hai, dan kamu.
putri kalian punya banyak cerita, masihkah kalian sabar menunggunya?
sabar dan keep being awesome yaa..
i miss you all~

2 komentar:

  1. Tunggulah suamimu pulang. Hohoho
    Tapi belum tentu bawa sebongkah berlian ya. Paling beberapa lembar ribuan. Hohoho

    BalasHapus