18 Jan. 13 20.12
Hari itu hari kesekian aku dateng ke masjid itu, yah memang
hanya ketika aku sedang butuh..tak mengapa daripada tidak sama sekali bukan?
Sholat tahiyatul masjid dua raka’at kemudian tilawah
sebentar. Ah iya, malam itu sudah masuk hari Jum’at. Sudah tau kan ya, kalau
islam itu pergantian harinya setelah maghrib? Koreksi kalau aku salah ya.
Malam kesekian aku bersama dengan nenek Nur, sebut saja
namanya demikian, sholat di masjid itu. masih sanggup jalan, diusahakan sholat
ke masjid, katanya. MasyaAlloh..semoga tidak begitu bertolak belakang dengan
generasi muda sekarang ya. Aku masih percaya kalau yang muda pun tidak kalah
semangatnya dalam beribadah..
Jum’at..Al Kahfi.
Aku baru tau tentang sunnah membaca surat ini di hari Jum’at
di tahun kedua kuliah. Tapi tetap saja bersyukur, masih dikasih kesempatan
untuk mendapat ilmu baru. Selalu heboh sendiri untuk mengingatkan orang lain
untuk ikut baca. Semoga tidak berlebihan. Hanya sekedar berbagi, barangkali
belum tau, barangkali pengetahuan itu memang melewati aku, dan memang ilmu itu
harus dibagi. Agar semakin banyak..tak seperti harta.
Berbagi.. ah selalu mudah untuk sekedar kata,
implementasinya?
Malam kesekian aku dan nek Nur membaca Al Qur’an
masing-masing setelah maghrib. Dan malam itu hari Jum’at.. sudah setengah
bagian surah Al Kahfi aku selesaikan, dengan perasaan berkecamuk. Sudah lah aku
ceritakan terus terang saja ya, tanpa menyusun prosa. Jadi, saat itu yg aku
rasa adalah apakah nenek tau tentang sunnah Al Kahfi ini? Kalaupun belum, trus
apa aku harus menyampaikan? Trus kalau aku harus menyampaikan, dengan kata apa
harus aku mulai? Trus kalaupun aku menemukan kata untuk memulai, apakah aku
berani mengutarakan?
Yah pertarungan dengan diri sendiri itu berlangsung cukup
alot. Sampai di titik aku bener.bener di antara persimpangan, tau ilmunya tapi
kok nggak menyampaikan, mau menyampaikan tapi kok takut. Bingung.
Berdoa. Ya saat paling klimaks, aku berdoa memohon Alloh kasih
jalan yg terbaik.
Hingga datanglah saat yg tepat, nek Nur menolehkan kepalanya
padaku dan berkata kalau beliau sudah mengantuk. Ah wajar nek, baca Al Qur’an
itu banyak godaannya, lain dengan nonton drama korea, batinku.
Kemudian entah kekuatan apa, aku mendekat ke tempat nenek Nur duduk. Setelah sesaat basa.basi, akhirnya terucap juga. Bu, aku mau
berbagi. Haha kenapa kata.kata itu ya yg keluar. Tapi ya sudahlah yg penting
sampai maksudnya. Bergetar hati ini sebenernya ketika menyampaikan. Takut salah
bicara, karena ya aku tak terbiasa berbicara dengan orang yg lebih berumur. Takut
sok menggurui, dan sebagainya.
Respon yg baik. Alhamdulillah.
Lega..benar.benar lega. Sampai ingin tertawa sekaligus
menangis saat itu. ah campur aduk teman rasanya.
Dengan kejadian malam itu, aku semakin yakin kalau cuma
orang yg nggak pernah mencoba yg bilang NGGAK BISA. Nggak ada yg nggak bisa
sebelum kita mencoba. Ayolah coba, nggak akan rugi kok. Toh kalaupun nggak
berhasil, sebenernya kita udah selangkah lebih maju daripada mereka yg nggak
pernah mencoba.
Sambil mencoba menyampaikan sunnah membaca Al Kahfi di hari Jum’at, nek Nur tiba.tiba menawarkan salak dan kopi yg sengaja beliau bawa
untuk selingan saat membaca Al Qur’an. MasyaAlloh, belum apa.apa udah Alloh
balas sedemikian rupa. Mau mendustakan nikmat Alloh yg mana lagi?
Sebenarnya mau ngambil kopi tapi kok bener.bener nggak sopan
ya, hehe. Akhirnya ngambil salaknya sebuah. Sambil mengupas, nek Nur
membuka.buka Al Qur’an yg dipegangnya..mencari surat itu. ah salut! Udah sedemikian
berumur tapi masih semangat membaca Al Qur’an, dan lagi.lagi aku percaya kalau
generasi muda Islam juga tak kalah semangat. Yg tua pasti pernah muda, tapi yg
muda belum tentu merasakan tua. Hehe pengingat saja.
Satu persatu buah yg ku kupas masuk ke dalam mulut, tak
terasa sudah habis satu salak. Ya bayangkan saja, makan sambil berbincang
dengan suasana hati yg masih dag dig dug. You will never know that feeling
until you try! Coba!
Dan perbincangan pun selesai ketika adzan berkumandang, ku
tutup dengan permintaan maaf..
Aku baru sekali mengenal nek Nur..sangat baru. Akan sangat
berbeda ketika yg aku hadapi keluarga ataupun saudara sendiri. Jadi sangat
lebih mudah untuk mengajak keluarga kita, just try first. Coba aja dulu. Ma, pa
yuk ngaji bareng. Yuk mas, dek. Selembar.selembar gantian. Ya sambil
cengengesan, masang muka kucing juga boleh.
Nggak pernah ada ruginya kok mengajak ke kebaikan itu. kita
juga nggak akan kehilangan apapun, justru kita menambah banyak keuntungan bagi
diri kita, dan juga orang lain tentunya.
Surga itu terlalu luas untuk kita tempati sendiri..
Maka berbagi lah..dengan berpedoman pada Al Qur’an dan
hadis..
Dan amal kebaikan itu yg akan persatukan kita dengan
orang.orang yg kita cintai karena Alloh..
Insya Alloh..
Hanya ingin
berbagi..mohon maaf untuk segala kekhilafan..
the second nice,
BalasHapuslanjutkan !
subhanallah,,,
jazakillah :)
Hapusditunggu kritik sarannya ukh..