Sabtu, 16 Agustus 2014

About me : dead-lining, dead-timing

Gue tipe orang yg anti sama deadlining, gampangnya segala bentuk kegiatan yg mepet banget baru dikerjain, gue nggak bisa banget kayak gitu, kecuali bener-bener keadaan force majeure,  keadaan hidup mati lah, baru deh gue ngelakuin itu, dengan terpaksa tentunya.
Orang-orang terdekat gue pasti udah apal bener sama kelakuan gue yg ini, bahkan ada salah seorang dari mereka yg mencap gue sebagai orang yg bahkan belum dikasih tugas aja tuh tugas udah selesai gue kerjain. Puyeng nggak lo?
 Stempel itu juga dipertegas dengan munculnya post tentang sifat orang berdasarkan golongan darah di medsos. Oh enggak, gue nggak latah ikut begituan. Gue tau karena ya fren gue pada share itu. Mau nggak mau kebaca juga. Dan pada penjelasan golongan darah x (sensor ah biar pada kepo, haha), dibilang orang bergolongan darah ini cenderung melakukan semua pekerjaan di awal waktu, tepatnya ditumpuk di depan semua. Agak lebay sik, tapi gue membenarkannya.
Begitulah nasib gue. Keren kan?

Hmm tapi ada nggak benernya juga sih, gue emang mikirin di awal untuk semua hal yg harus gue kerjain tapi eksekusinya tetep liat prioritas. Yah walaupun kadang gemes juga klo nggak buru-buru nyelesaiin semua. Repot ya.
Entah kenapa, mungkin emang takdir gue jadi orang keren. Hak!
Berawal dari pemahaman gue tentang pentingnya waktu, tentang meruginya orang-orang yg abai terhadap waktu luang, cenderung menunda-nunda, dan sebagainya yg bikin gue ngerasa nggak banget buat ngelakuin itu. Nggak masuk di akal gue lah.
Sorry to say ya, tapi itu lah yg gue rasa.

Kadang sih gue kena karma juga, ikut nunda-nunda. Tapi selalu ada alasan bagi gue untuk ngelanggar prinsip yg gue anut, gue bukan tipe yg gampang mengasihani diri, yg gampang goyah tergoda ke hati lain, ups ke opsi lain maksudnya,  bisa dibilang gue megang prinsip banget, setia abis, dan luar biasa (gila) haha..

Jadi kalau nggak karena dipaksa keadaan, susah buat gue nunda apapun.
Kali ini kasusnya beda, ada satu agenda besar, yg udah pasti datang tapi belum pasti kapan. So, itu sebenernya sangat tidak jelas dan cenderung php. Gimana enggak, ngira-ngira bulan ini, eh ternyata bukan. Berasa jadi forcaster dadakan. Dan gue paling nggak bisa digantungin, gue butuh banget kepastian.  Kok rada bersayap ya? Emang sengaja.

Karena ketidakjelasan itu lah mau nggak mau gue akhirnya menghianati prinsip hidup yg gue perjuangkan mati-matian. Harusnya mempersiapkan diri untuk agenda itu, tapi berhubung nggak jelas jadi yaa beralih ke hal lain. Walaupun sepenuhnya gue sadar, kadang kita hanya perlu terus berjalan dan sampailah di tujuan. Kadang kita butuh jadi buta dan tuli untuk mencapai tujuan,  dengan begitu kita akan berusaha beratus kali lipat, kita akan sangat siap untuk semua kemungkinan,  karena kita sudah terlatih.

Tapi,  ya selalu ada tapi, batasan waktu, tujuan yg nyata, kejelasan petunjuk, itu semua penting.  Semua potensi yg tersedia bisa jadi modal untuk mencapai tujuan, kita perlu melihat garis akhir, to make a strategy,  kapan harus lari, kapan bisa sedikit melambatkan ritme, kapan kita bisa istirahat.  Kita butuh mendengar instruksi yg jelas, kita butuh tau informasi dari dunia yg berkaitan dengan tujuan kita, kita butuh kritik saran cacian pujian, itu juga bagian dari proses pencapaian tujuan kita.
Lebih jelas, dan lebih pasti.

Gue sih berusaha ngambil semua sisi baiknya. Pasti ada maksud kok, satu hal itu jelas dan satu hal lagi belum pasti. Tinggal kita-nya yg mau tenggelam dalam ketidakpastian atau memastikan diri untuk semua kemungkinan.
Dan ketika kita ragu dengan keputusan yg kita ambil, coba bayangin apa kita akan menyesal nantinya dengan keputusan itu. Kalau ya, ya udah tinggal aja. Kita nggak punya waktu untuk mendiamkan penyesalan kemudian yg kita tau kemungkinannya dari sekarang. Kita sedang berlomba, berpacu. Itu artinya, nggak ada toleransi untuk yg sengaja menjatuhkan diri.

Pada akhirnya, gue mencoba menyemangati diri gue, kembali membangun prinsip sedikit demi sedikit. Setidaknya ada rasa sesal ketika tak melakukan apapun untuk mencapai tujuan itu, meski seujung kuku.
Dengan begitu, gue nggak akan menyesal nanti.
Dan gue akan menang, melawan waktu..


Diukir dalam gelap..
Home, without words..

2 komentar: