Kamis, 26 Mei 2016

Sendiri vs berdua?

Dua hari ini gue jadi jomblo lokal temporer, dibilang temporer karena emang ya nggak sampe lima jam ngejomblonya. Then why i called myself jomblo? Karena gue sendirian tanpa si cinta, selama kurang dari lima jam dalam kurun waktu dua hari. Lima jam doang??? Iya. Lebay kan? Biasa. Biasanya emang lebay. Haha.
Karena setelah lima jam itu, kira kira jam makan siang, gue kembali menjadi married woman yang bahagia. Nyengir.

Si cinta lagi ujian buat ngelanjutin kuliah dan tempat ujiannya beda arah sama arah ke kantor kita. Jadi berpisahlah kita di Stasiun Manggarai, gue lanjut bareng kereta, dia pindah dengan kereta lain.
Everytime dia turun, padahal cuma dua kali ini sih nggak everytime juga, i feel just like ih gue sendirian nih which is sudah lama tidak merasakannya dan tidak mau merasakannya lagi.
Yes i never worry about being alone. But it really hurts when i feel so lonely, i hate it.

tampang yang abis ujian..

Gue terbiasa curhat tentang apapun, sesilly apapun kalau otak gue udah berkomentar ya udah gue harus ngungkapin itu. Tapi masalahnya, nggak semua orang gue percayai untuk menerima luapan liar otak gue. Itulah kenapa hanya orang terpilih dan memilih gue, yang bisa deket sama gue.
Padahal sebenernya it is so easy to tune into my life cuma banyak yang memilih menjauh duluan gara gara mentingin pikiran ceteknya. Just like udah mikir duluan kalau gue itu sarkas, nyinyir, nggak asik, dan sebagainya, padahal ya emang gitu. Haha. Gue emang gitu buat orang orang yang pantas mendapatkannya. But naturally, gue menerima siapapun yang mau berteman sama gue.
Trus hubungannya apa? Feel lonely.
Ketika gue ngerasa kesepian, maka gue butuh seseorang entah itu temen, sahabat, dan yes suami. Tapi ketika gue hanya sedang sendiri, maka itu nggak masalah.
Beda dengan orang yang suka ngejudge orang ketika bersosialisasi, maka ketika mereka sendiri dan orang yang ada di sekitarnya adalah orang yang dia judge buruk, dia done. Selesai. Uring-uringan nggak jelas.
Sedangkan gue, nggak akan ngerasa gitu.
Ketika gue sendiri dan gue bukan tipe orang yang milih dan ngejudge orang lain, maka gue santai aja. Walaupun gue nggak gampang deket sama siapapun tapi gue nggak akan mengabaikan. Beda dari kebanyakan orang di sekitar gue. Suka ngejudge dan pilih pilih. They will not survive by their own self.

Next cerita, gue turun di Stasiun Juanda seperti biasa, nongkrong bentar di minimart sebelum ngelanjut ke kantor naik gojek. Ngopi dulu.
Biasanya kalau bareng si cinta, kita naik bajaj trus sarapan bareng. Dua hari ini gue cuma bisa bawa makanan dari food station gitu buat dipanasin di kantor. Ya nggak papa. Alhamdulillah.
Lalu tibalah di kantor dan disambut dengan pertanyaan beberapa orang, kok sendiri? gandengannya mana?
Kenapa muncul pertanyaan itu? Ya karena kita almost always attached to another. Selalu bareng dan mengusahakan buat gandengan tangan minimal tangan gue yang bergelayut di lengannya.
Why do we do that? Apa mentang mentang baru nikah? Absolutely NO. Bahkan kita akan melakukannya sampai nanti, sampai ajal memisahkan genggaman tangan kita dengan paksa.
Kita, gue, sedang ingin meng-encourage para pasangan halal, inget ya pasangan halal, untuk berani. Mari berani menunjukkan perbuatan baik. Sesuai dengan batasannya ya. Mari menunjukkan rasa cinta yang halal itu indah.

Jangan sampai mereka yang belum halal dengan bangganya mengumbar kemesraan, sedang yang sudah sah di mata Tuhan dan manusia malah malu malu. Serba kebolak balik.



Trus tetiba kemarin si cinta bilang, kok sekarang aku jadi sering liat pasangan gandengan tangan ya di kantor? Dan yang dimaksud pasangan itu adalah yang sepertinya baru beberap tahun menikah sampai yang sudah agak berumur. Dan itu nice. That's good.
Bangga dengan perbuatan baik.
Apapun bentuknya.
Baca quran di kereta, sholat jamaah di masjid, memungut sampah di di tengah jalan, minum sambil duduk/jongkok di saat sekililing sedang berdiri, dan masih banyak lagi termasuk bergandengan tangan dengan suami/istri.

Ah udah ah, mau ngelanjutin makan spaghetti. Yep, sarapan gue bisa apa aja, tergantung lagi pengen apa. Then sholat dhuha, doain si cinta supaya dikasih apapun yang terbaik menurut Alloh. Karena kita berdua, sebisa mungkin menjauhkan niat untuk melanjutkan sekolah hanya karena ingin mengejar jabatan, naudzubillah. Jabatan itu amanah, yang namanya amanah bukan diminta tapi dititipkan, dan harus dipertanggungjawabkan. And yes, itu berat. Hanya orang orang yang belum sadar atau malah emang termakan nafsu dunia, yang justru berambisi mengejar jabatan, literally.
Okedeh, gue cau.
See you in another chance!
Stay awesome guys! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar