Jumat, 01 Maret 2019

sebuah pengakuan..

summer after high school when we first met..
lagunya Katty Perry, nggak ada hubungannya sih sama tulisan ini, haha
gue cuma ngambil kata high school-nya, karena masa masa sekolah itu identik dengan pertemanan beserta hiruk pikuknya..

Teman.
Yap. Gue mau ngeluarin uneg-uneg tentang itu.
Ini bahan tulisan yang agak keluar dari zona nyaman gue.
Gue membuka diri untuk hal-hal yang menurut gue memang ingin gue share, but not about this.
Tapi kali ini gue kasih pandangan gue tentang pertemanan.
Sekaligus buka rahasia gue.
Apatuh?



Bulan Februari kemarin, ada dua event dimana gue 'reunian' sama orang-orang yang bisa kita sebut teman.
Event pertama, acara family gathering sama (mantan) teman kantor, gue bilang mantan ini artinya apa hayo?
Karena gue udah nggak berteman atau karena gue udah nggak ngantor?
Hahaha.
Intinya begitu.



Event kedua, silaturahim sama teman-teman kuliah di STAN dulu, sekalian nengokin kampus, masih ada kenangan yang tertinggal nggak, eh.
Wakakakak.



Dua tempat yang gue kunjungin dalam dua pekan berturut-turut ini bukan tanpa usaha, not an effortless journey.
Yang satu di Serpong nun far away, yang satu di Tangsel, ampun.

Acara pertama, gue akhirnya memutuskan datang karena selain memang diundang langsung sama yang punya acara, gue ada teman yang mau ditebengin, thanks to Duta dan mbak Inang.
Ke Serpong, naik KRL, ke Tanah Abang, belum masih lanjut taksi online, bawa bocah dua, ndak kebayang gengs!
Gue awalnya mau nekat dateng, karena ya udah lumayan lama nggak bersua dengan orang-orang kantor, tapi setelah dipikir itu emang jauh dan melelahkan banget.
Sampai akhirnya gue ditawarin berangkat bareng, yang mana gue tinggal duduk manis, alhamdulillah niat silaturahim terlaksana.

Meskipun pada akhirnya gue juga bingung mau ngapain di sana.
Jadi tamu undangan tapi outsider, frekuensi obrolan udah beda banget.
Untung ada anak ya, bisa pura-pura sibuk sama anak, eh.
Padahal sibuk beneran ding.
Secara ayahnya lagi main futsal, gue jaga dua bocahs, ampun.



Tapi itulah kenyataannya.
Gue nggak mudah dan nggak usah lah ya gabung-gabung gitu.
Kalau gue nggak merasa nyaman, dan rasanya memang nggak berminat, gue akan misah.
Banyak hal jadi pertimbangan, salah satunya, dan terpenting, demi kestabilan emosi gue.

Gue anxiety disorder.

Baru tau ya?
Ya karena apa sih yang orang lain tau tentang gue, kecuali hal yang gue kasih tau dan hal yang mereka cari tau.

Gue nggak bisa mengendalikan apa yang mau orang tanya, yang mau orang komentar, tentang gue.
Yang gue bisa lakukan adalah tidak terlibat.
Karena ketika gue terlibat, kemudian dapet pertanyaan yang nggak gue suka, gue akan membawa pertanyaan itu dalam waktu lama dalam diri gue.
Dan itu menyakitkan, juga melelahkan.

Then, do they care?
Sama sekali, kepikiran aja enggak kan.

Maka ketika gue yakin orang-orang yang akan gue temui adalah orang-orang yang nyaman untuk mental gue, let's go then!

Itulah kenapa gue terkesan eksklusif.
Yang salah sangka pada bilang sok.
Yaelah, kalau gue depresi karena temenan sama mulut mulut buas, emang lu mau tanggung jawab?

Teman-teman yang benar-benar ada di ring pertemanan gue adalah orang-orang yang terpilih.
Ada yang adem ayem aja sama sekali nggak pernah tanya-tanya hal pribadi, bahkan tujuh tahun temenan baru tau rumah gue, bayangkan.
Ada yang ber-oh ria setelah gue cerita kalau adik gue ada yang kembar.
Ada yang udah dua belas tahun temenan tapi bahkan belum tau kalau warna pink adalah warna kesukaan pertama gue.
Hahaha, banyak hal yang ndak perlu orang lain tau.
Mereka cuma cukup jadi orang baik, sedia di sekeliling gue dengan segala ketertutupan gue.
That's it.

Wow.
Sepertinya gue terlalu banyak spoiler, hahaha.
Jadi, gitu ya gengs.
Saling tolonglah kita ini, jaga mulut jaga jempol.
Karena ndak semua orang sekepala batu dirimu, ndak semua orang sejalan tol kupingmu.
Ada orang yang hatinya ndak disenggol aja rapuh, ada orang yang semua semua masuk ke pikirannya, ada.
Tapi bukan berarti orang-orang ini ndak mau berteman, bukannya mau anti sosial.
Coba mendekat tapi tidak bikin tercekat.
Coba berteman dengan hati yang tulus.

Udah ya.
Gue lega sekaligus khawatir, akhirnya buka tentang hal ini.
Semoga ada yang bisa kita renungkan ya, dan membuat diri kita lebih baik lagi.

Btw, gue sekarang jualan kaos muslim muslimah lhooo. Ini pengakuan gue yang sebenarnya, hahahaha..
Eh tapi beneran cek instagram gue @bluummi.
Jangan lupa dibeli yaa.
Hahaha.

3 komentar:

  1. ... tujuh tahun temenan baru tau rumah gue...
    PLIS! HAHAHA!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allah, ini komen kapan baru approve kapan 😅

      Hapus