Minggu, 22 Maret 2015

Aku, menulis yg terlintas, tanpa batas

Aku ingin menulis tanpa memikirkan apapun, tentangmu, tentangnya, tentang kita, tentang mereka.
Aku ingin yg aku tulis adalah tentang rasa jujur, tanpa polesan apapun.
Lucu mendengar jujur dimasukkan dalam golongan rasa, bukankah ia kata benda, sedang rasa itu tentang kata kerja, merasakan tepatnya.
Aku lelah dengan segala kebohongan, kalau aku boleh mengatakan itu, profesional.
Aku tak sepenuhnya mengerti sampai taraf mana orang bisa dikatakan profesional dalam bekerja.
Apakah ia harus menjadi orang lain, dan menutup akan jati diri yg sebenarnya?
Berpura pura bahagia padahal sangat hancur di dalamnya.
Tidakkah itu menyedihkan?
Kalau nanti pada akhirnya tulisan ini kau baca, yakinlah, aku tidak sedang menggerutu, aku hanya bertanya.
Bahkan ketika aku berdiam, aku tak sepenuhnya berdiam.
Aku suka berpikir, menanyakan banyak hal, seolah aku sendiri bisa menjawabnya.
Aku bisa sangat lama berdiri dan memandang kosong ke jalanan bawah sana.
Saat itu aku berpikir banyak hal, sambung menyambung, berbeda beda, tapi sama sama melenakan.
Sampai tiba saatnya aku kembali ke dunia yg harus aku hadapi. Haruskah?
Bahkan aku belum sepenuhnya menyadari aku sedang dimana dan apa yg sedang aku lakukan.
Seperti robot, seperti mayat hidup, ada raga tanpa jiwa.
Tapi aku berperasaan, mungkin itu yg sedikit membantuku bertahan, meski kadang yg terjadi justru sebaliknya.
Kini, aku merindukan banyak orang, entah siapa saja, yg pasti kesepian itu menyedihkan.
Aku suka menyendiri, tapi tidak dengan kesepian.
Aku bisa bertahan tiga tahun menjalani hari hari seorang diri di dalam sangkarku, tapi dengan pagi yg ramai oleh celotehan keluarga kecil di bawah, dengan berisiknya orang yg lalu lalang di siang hari, dan dengan sunyinya suara tv yg ditinggal terlelap oleh pemiliknya di malam hari.
Aku suka sekali mendengarkan tapi tidak dengan mengemukakan.
Apa bedanya jika kau tau atau tidak dengan apa yg aku rasa?
Apakah itu berguna untukku?
Karena kenyataannya jarang sekali itu berpengaruh.
Maka bagiku tidak ada yg perlu kau tau, dan tidak ada yg perlu aku beri tau.
Hey bahkan sekarang kau sedang membeberkan separuh tentangmu!
Tidak apa, kalaupun aku kemukakan semua, kau tidak akan ada di sisiku untuk menjagaku bukan?
Lalu apa?
Kembali, banyak lompatan pikiran dan kilasan pertanyaan yg silih berganti berkata ingin dilontarkan.
Aku harus memilah mana yg terlihat normal, mana yg terlihat manusiawi, mana yg terlihat tidak aneh.
Aku suka dianggap aneh, karena menjadi terlalu biasa itu membosankan.
Aku tidak suka bosan, tapi justru orang lain  menganggapku melakukan hal yg membosankan.
Seperti bermenit menit menerawang langit, seperti berlembar lembar menghabiskan buku, seperti terpekur mengetik tulisan, dan masih banyak lagi yg harus kau lihat sendiri.
Kali ini aku sedang berjuang, melawan keinginan untuk tidur, sedang timbunan pakaian bersih memaksaku untuk mengeksekusi mereka di papan setrikaan.
Untukmu, yg sedang tersesat dalam kehidupan, lakukan saja apa yg kau mau, dengan satu syarat, jangan melakukan hal yg nanti ak menyusahkan dirimu dan orang orang di sekelilingmu, bisa?
Itu syarat sederhana menikmati hidup.
Dan apakah aku sudah menikmatinya?
Belum, aku justru sedang berusaha bangkit dari pahitnya hidup.
Aku suka pahit asam manisnya kopi, tapi tidak yakin dengan hidup.
Aku coba.


Ditulis dengan sangat acak, tapi aku bahagia..
Aku tidak perlu menjadi sepertimu, berpura pura..
Oh ya satu lagi, aku suka caramu tidak peduli padaku, itu berarti banyak.
Ingat, ini semua random.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar